15 Desa Penuh Warna

Monday, December 25, 2006

Jaune berputar-putar beberapa saat. Dan, ia menghentikannya tiba-tiba saat dilihatnya sebuah desa kecil, yang tampak indah sekali. Jaune turun untuk melihat lebih dekat.

Desa itu tidak terlalu besar. Namun, benar-benar meriah dengan warna-warni di sana-sini. Tanaman-tanaman yang tumbuh di situ tidak hanya berwarna hijau, seperti yang dilihat Jaune di permukaan bumi lainnya. Ada pohon yang berwarna merah muda, kuning, biru, ungu, bahkan ada yang berwarna hitam. Seluruh tanaman yang ada di desa itu, tampak terawat dengan baik sekali, karena semuanya tumbuh subur.

Rumah-rumah yang ada di situ tidak terlalu banyak. Tapi karena setiap rumah dicat berwarna-warni, desa itu tampak sangat meriah.

Di salah satu sisi desa, yang berbatasan dengan desa lainnya, terdapat suatu air terjun dan sungai di bawahnya. Airnya mengalir ke seluruh penjuru desa. Air terjun itu tampak indah sekali, karena tidak berwarna biru seperti air terjun lainnya. Air terjun itu memiliki tiga warna, yaitu merah muda, hijau muda, dan biru. Warna air terjun itu pula yang merupakan warna seluruh air yang mengalir ke penjuru desa itu. Di sekeliling air terjun terdapat pepohonan yang indah sekali.

Tepat di tengah-tengah desa, sebuah puri tua berdiri dengan megahnya. Lagi-lagi tidak terlalu besar, namun tetap terlihat ceria karena dipenuhi dengan warna-warni.

Puri itu berbentuk persegi empat dengan empat menara di tiap sudutnya. Sisi puri dikelilingi oleh dinding tinggi membentuk benteng, seperti puri-puri kerajaan lain. Yang berbeda dari puri lain, puri ini hanya memiliki satu lantai, dan satu lantai lain di bawah tanah sebagai tempat penyimpanan makanan. Puri ini bukanlah puri bertingkat.

Tidak jauh dari tempat puri itu berdiri, terdapat suatu taman bermain yang cukup luas. Taman bermain itu tampak asing, karena tidak mempunyai apa yang seharusnya dipunyai oleh sebuah taman bermain. Tidak ada ayunan, tidak ada perosotan, tidak ada timbangan, tidak ada besi-besi untuk memanjat, karena seisi taman itu hanya dipenuhi dengan pasir. Namun, pasir itu juga bukan pasir biasa. Pasir itu tidak berwarna putih atau coklat, melainkan berwarna kuning, merah dan hijau.

Namun, di antara semuanya itu, yang sangat istimewa adalah adanya sebuah tanaman yang tumbuh dekat dengan tanah. Bentuknya mirip dengan buah mangga, namun sangat besar. Tanaman itu tidak tumbuh di pohon, melainkan tumbuh seperti sebuah semangka, dekat dengan tanah. Tanaman itu besar luar biasa, bahkan panjangnya hampir mencapai tiga perempat salah satu sisi puri. Warnanya hijau tosca.

Jaune berkeliling memperhatikan satu persatu isi desa itu.

Sangat menarik, karena berbeda dengan semua tempat lain di muka bumi.

Setelah sekian lama Jaune terbang berkeliling, ia baru menyadari, bahwa tidak ada satu pun penduduk desa itu yang dilihatnya.

Jaune mencoba untuk terbang lebih rendah. Ia mendekati salah satu rumah yang berwarna kuning, lalu mendarat di atas kedua kakinya, tepat di depan pintu rumah itu. Jaune masuk menembus pintu, mencoba mencari seseorang yang dapat ditemuinya.

Namun, tidak ada siapapun disana.

Jaune berpindah lagi ke rumah lainnya. Ia mencari-cari seseorang yang dapat ditemuinya. Namun, tidak ada juga. Begitu pula dengan rumah-rumah lainnya.

“Ke mana semuanya? Kok tidak ada satupun orang-orang di sini?” tanya Jaune kepada dirinya sendiri.

Jaune mencoba lagi untuk mencari seseorang dari desa itu. Tetap tidak ada.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan bahwa Jaune harus segera pulang. Dengan berat hati, akhirnya Jaune meninggalkan desa itu. Rasa penasaran yang besar masih menghantui dirinya.

Dikepakkannya sayapnya menjauh dari desa itu.