25 Draco dan Danau Warna-Warni

Saturday, January 26, 2008

Ternyata, Jaune sedang berkeliling mengamati barang-barang yang ada di kamar itu. Wizard tertawa melihat wajah Jaune yang tampak sangat serius. Ia mendekati Jaune, membuatnya terkejut.

Penampilan Wizard sama saja dengan yang lain. Hanya saja, Wizard mengenakan gelang berwarna putih mengkilap berbentuk sayap di pangkal lengan kanannya dan berbentuk tengkorak tersenyum di pangkal lengan kirinya. Warna rambut Wizard juga berbeda. Rambutnya berwarna putih, warna yang tidak dimiliki oleh kaum Volk lainnya. Selebihnya, ia sama saja dengan pria lain di desa. Mengenakan bawahan yang sewarna dengan rambutnya.

“Ada apa, Nak?”

Jaune berlari mendekati Kaisar, dan bersembunyi di balik jubahnya, Kaisar tertawa.

“Kau tidak perlu takut padanya, Woody. Wizard adalah penyihir yang baik. Setidaknya, ia tidak akan menyihirmu menjadi kodok.”

Wizard tertawa, “Aku tidak akan menyihirmu menjadi kodok, kau dengar, kan?”

Perlahan-lahan, Jaune melongokkan kepalanya. Memperhatikan Wizard. Benar juga. Wizard tidak tampak seperti seorang penyihir. Wajahnya seperti kaisar, wajah seorang yang sangat baik. Dengan senyum itu, membuat Jaune yakin bahwa Wizard bukanlah penyihir yang jahat.

Jaune menghampiri Wizard dengan hati-hati sekali, membuat kaisar dan Wizard tidak dapat menahan senyum.

“Benarkah kau penyihir baik?” tanya Jaune pelan.

Wizard tersenyum, “Tentu saja, anak manis. Aku bukan penyihir jahat. Jika aku penyihir jahat, tidak mungkin Kaisar Nikolai mengantarmu ke sini.”

Jaune tampak berpikir, “Baiklah. Aku percaya.”

Wizard dan Kaisar tertawa mendengar ucapan Jaune yang layaknya sudah seperti orang dewasa saja.

“Berapa umurmu? Sepertinya kau sudah sangat tua. Rambutmu juga berwarna putih.”

Wizard tertawa lagi, “Rambut kaum Volk tidak akan berubah warna sekalipun mereka sudah tua. Jika kau dilahirkan dengan warna merah mudah seperti ini, maka rambutmu akan tetap berwarna seperti ini hingga kau tua nanti.”

“Lalu, mengapa rambutmu seperti seperti itu?”

“Warna rambut ini hanya dimiliki oleh penyihir. Rambutku sudah berwarna putih sejak aku dilahirkan. Karena itu, semua orang mengetahui bahwa aku adalah seorang penyihir, segera setelah aku lahir.”

“Wah… pasti enak memiliki rambut berwarna putih. Tapi, kau pasti memang sudah tua.”

Wizard menganggukkan kepalanya, “Umurku tahun depan sudah dua ratus tahun.”

Jaune membelalakan matanya, “Dua ratus tahun? Tua sekali. Bagaimana kau bisa hidup selama itu? Bukankah seharusnya, seseorang hanya dapat hidup hingga usia seratus tahun?”

“Kaum Volk biasa memang hanya dapat hidup hingga seratus tahun. Namun, bagi kami, para penyihir Volk, kami dapat hidup hingga lima ratus tahun.”

Lagi-lagi Jaune membelalakan matanya, “Aku pasti sudah meninggal saat itu,” lanjutnya, “Seharusnya ibu melahirkanku sebagai seorang penyihir. Aku akan hidup lebih lama jika aku adalah penyihir.”

Kaisar dan Wizard tertawa.

“Bagaimana mungkin kau meminta kepada ibumu agar kau dilahirkan sebagai seorang penyihir?” tanya Kaisar.

Jaune berpikir sejenak, “Benar juga, bagaimana aku mengatakan kepadanya?”

Mereka tertawa lagi.

“Lalu, apa rasanya bisa hidup selama itu? Pasti kau makan sedikit sekali. Badanmu kurus.”

Wizard tertawa, “Woody, makanku sama saja dengan yang lainnya. Tidak banyak, juga tidak sedikit. Tapi, memang aku tidak menjadi gemuk. Tubuhku tetap seperti saat berusia duapuluh tahun.”

“Kau tidak tumbuh, ya?” tanya Jaune lagi.

“Tidak lagi.”

“Kalau begitu, sebaiknya aku tidak menjadi penyihir, karena aku tidak akan dapat bertambah tinggi. Aku akan tetap pendek.”

Kaisar dan Wizard tertawa lagi.

“Lalu? Apa yang telah kau lakukan? Apakah kau menyihir anak-anak nakal menjadi kodok?”

Wizard tertawa, “Tentu saja tidak. Aku membantu kaum Volk untuk mempertahankan hidup mereka. Biasanya aku mengusir raksasa yang datang ke sini.”

Jaune membelalakan matanya, tidak percaya, “Raksasa? Ada raksasa yag datang ke sini? Banyakkah?”

Wizard tertawa lagi, “Tidak banyak. Raksasa yang sering datang kemari hanya ada tiga orang Namun, mereka semua selalu dapat diatasi.”

“Mereka sering datang ke sini? Apa yang mereka lakukan?”

Wizard menghela napasnya, sambil mengangkat bahunya, “Entahlah, kita tidak pernah tahu mengenai hal itu. Kadang mereka datang untuk merampas makanan, kadang mereka datang untuk menghancurkan seisi desa, bahkan kadang mereka hanya ingin mengganggu kami saja.”

“Wah, benar-benar jahat, mereka! Jadi kau dapat melawan mereka sendirian? Kau pasti hebat sekali.”

“Yah…kadang-kadang saja.”

Tiba-tiba Kaisar Nikolai menyahut, “Jangan mempercayai kata-kata Wizard, Woody. Dialah yang selalu melawan mereka.”

“Apakah aku dapat melawan mereka?”

Wizard tertawa, “Kalau kau memiliki ilmu sihir seperti aku, kau dapat mengalahkan mereka. Tapi, karena kau tidak memilikinya, sepertinya… akan sulit sekali.”

Wajah Jaune tampak kecewa, Kaisar melihatnya dan tersenyum, mendekati Jaune, “Woody, tentu saja kau dapat membantu Wizard dalam mengalahkan raksasa-raksasa itu. Tapi, kau juga harus banyak belajar. Karena itu, sebaiknya kita pergi dulu sekarang. Wizard pasti akan sangat sibuk mempersiapkan diri untuk mengajarimu beberapa hal.”

“Ya, betul sekali yang dikatakan Kaisar. Sebaiknya kau berkeliling lagi bersama kaisar. Kau pasti belum melihat air terjun di samping rumah mango ini, kan?! Dan kau juga harus bertemu dengan Draco.”

Wajah Jaune kembali cerah, “Wah… air terjun berwarna-warni itu, ya?! Tentu saja aku ingin melihatnya!” Lalu, berubah bingung seketika, “Tapi Draco...? Siapa dia? Penyihir juga sepertimu?”

Wizard tersenyum, “Sebaiknya kau lihat sendiri.”

“Aku ingin bertemu dengan Draco,” Kata Jaune kepada Kaisar.

“Baiklah… baiklah… akan kuantar kau ke sana. Kuantar kau untuk melihat air terjun dan menemui Draco,” kata Kaisar sambil tersenyum. Digandengnya tangan Jaune, lalu berjalan keluar meninggalkan Wizard, “Kami pergi dulu, Wizard.”

“Daah, Wizard,” kata Jaune seraya melambaikan tangannya.

Mereka pun meninggalkan rumah mango, lalu berjalan menuju air terjun. Mereka berdiri di tepi danau, untuk melihat air terjun itu. Dimasukkanya tangannya, terasa sejuk sekali.

Jaune sudah hendak menceburkan dirinya kedalam danau, saat Kaisar menarik tangannya perlahan, “Kau mau ke mana?”

“Aku ingin berenang. Airnya sejuk sekali,” kata Jaune. Lalu, secepat kilat ia menanggalkan pakaiannya dan menceburkan diri ke dalam danau. Kaisar yang melihatnya hanya tersenyum, seolah menantikan apa yang akan terjadi.

“Kaisar, mengapa kau tidak berenang di sini bersamaku? Tahukah kau, bahwa airnya sangat segar?”

Kaisar hanya tersenyum memandangi Jaune yang terlihat sangat gembira. Ia berenang ke sana kemari dengan riangnya.

Tiba-tiba saja, apa yang telah diduga kaisar terjadi. Air danau bergerak ke atas, seolah-olah ada makhluk besar yang keluar dari sana. Jaune yang melihat hal itu menjadi sangat terkejut. Ia berenang menjauh. Dan saat dilihatnya seekor naga hijau yang besar sekali, Jaune menjerit sejadi-jadinya, lalu berenang cepat-cepat ke tepi. Ia berlari mendapatkan Kaisar.

“A…apa itu, Kaisar?” tanya Jaune menggigil. Ia merapatkan tubuhnya pada Kaisar.

Kaisar memeluknya sambil tersenyum, “Hai, Draco! Sudah bangun kau, rupanya?”