14 Turun ke Bumi

Tuesday, December 12, 2006

Jaune mengepakkan sayapnya perlahan. Ia terbang menuju bumi bersama dengan Nero. Mereka berdua akan bertugas. Sementara itu, Nero sudah tidak sabar menunggunya di belakang. Jaune terbang terlalu pelan, sedangkan mereka harus segera tiba di sana.

“Jaune, apakah kau tidak terlalu pelan?” tanya Nero.

Jaune menoleh, “Mmm... kurasa tidak. Lagipula, sayapku ini kan lebih kecil daripada yang lain. Mana mungkin aku bisa terbang secepat mereka?!”

Nero menyejajari Jaune, “Jadi Ayah belum memberitahumu, ya?!”

“Memberitahu apa?”

“Sayapmu memang jauh lebih kecil, tapi kau bisa terbang beratus-ratus kali lebih cepat dari mereka semua. Coba saja kepakkan sayapmu sedikit lebih cepat.”

Jaune pun mencoba mengepakkan sayapnya lebih cepat. Dan benarlah. Dalam sekejap, ia meninggalkan Nero jauh di belakang. Kini Nero lah yang kebingungan karena tidak bisa menyusul Jaune.

“Jaune! Tunggu! Kau terlalu cepat!”

 

Setelah Jaune dan Nero hanya tinggal beberapa kaki saja dari permukaan bumi, mereka berhenti sesaat.

“Mengapa kita berhenti di sini?” tanya Jaune heran.

“Kita berpisah sekarang. Kau berkelilinglah, dan mencari anak-anak kecil yang sedang dalam kesulitan, karena tugasmu adalah membantu mereka.”

“Lalu kau akan ke mana?”

“Aku mencari anjing-anjing yang harus kubantu.”

“Aku... mmm... aku sendiri, ya?!”

Nero tersenyum, “Jangan takut. Bukankah Ayah sudah mengatakan bahwa ia akan membantumu kapan saja kau membutuhkannya?! Ayah juga pasti tahu apa yang sedang kita bicarakan sekarang.”

Jaune masih tak beranjak dari tempatnya. Menghela napas, dan mencoba mengumpulkan seluruh keberaniannya.

“Baiklah. Aku pergi.”

 

Jaune mulai berkeliling. Menghabiskan waktunya dengan mengamati anak-anak kecil seusianya di sana-sini. Ada yang tengah bermain bersama teman-temannya, ada yang tengah berkumpul di satu ruangan besar di mana ada seorang dewasa juga di dalam sana, ada yang masih terlelap di dalam buntalan selimutnya.

Semuanya itu membuat Jaune bingung.

Tampaknya tidak ada satu pun di antara mereka yang tengah mengalami kesulitan sampai Jaune harus membantu. Kalaupun ada, pasti sudah ada malaikat lain yang mendahului untuk membantu mereka.

Jaune masih terbang berkeliling saat berpapasan dengan Gai.

“Hai! Di sini kau rupanya!” Gai tampak senang melihat Jaune.

“Hai, Gai! Aku mulai bertugas hari ini.”

“Lalu, mengapa kau tidak turun?! Malah berputar-putar di sini?!”

Jaune menarik kedua ujung bibirnya seperti biasa, membuat pipinya tampak menggembung, “Apa yang harus kubantu? Sepertinya mereka baik-baik saja. Lagipula, kalau ada masalah pun, sudah ada malaikat lain yang membantu.”

Gai tertawa, “Kalau begitu, kapan kau akan mulai bekerja? Jangan hanya terbang dan melihat-lihat saja. Hampirilah mereka, dan kau akan mengetahui apa yang harus kau lakukan.”

Jaune mengangguk, “Baiklah, aku turun sekarang.”

Sebelum sempat Gai menyahut, Jaune sudah melesat turun meninggalkannya.