13 Kekuatan Malaikat Istimewa

Friday, November 24, 2006

“Jaune, Ayah belum memberitahukan sesuatu kepadamu,” lanjut Ayah lagi.

“Tentu saja. Ayah kan memang belum mengatakan kepadaku apa yang harus kulakukan.”

“Bukan itu.”

Tiba-tiba Nero menyahut, “Pasti mengenai kekuatan Jaune ya, Ayah?!”

Belum sempat Ayah menjawab, Jaune sudah mendahului, “Kekuatanku? Kekuatan apa?”

“Kekuatan seperti yang dimiliki oleh malaikat istimewa.”

“Memangnya ada malaikat yang seperti itu ya, Ayah?!”

“Itulah dirimu, dan beberapa malaikat lain. Malaikat-malaikat istimewa seperti kalian ini memiliki satu kekuatan yang tidak dimiliki malaikat lain.”

“Wah...” wajah Jaune cerah seketika. “Kekuatan apa yang aku punya itu, Ayah?”

“Pertama, kau bisa membuat dirimu terlihat oleh manusia.”

“Wah... aku bisa dilihat oleh mereka? Manusia pasti senang melihat aku memiliki sayap, yang tidak mereka punyai.”

Ayah menggelengkan kepala sambil tersenyum, “Tidak. Mereka tidak akan melihatmu sebagai seorang malaikat, mereka akan melihatmu sama seperti manusia lain. Pakaianmu akan sama seperti mereka, rambutmu, badanmu, semuanya akan sama. Sehingga kau tidak akan ada bedanya dengan manusia lain.”

“Jadi, mereka tidak bisa melihat sayapku. Begitu?”

“Ya.”

“Tapi, aku tetap bisa terbang kan, Ayah ?”

“Itu juga tidak. Selama kau menjadi manusia, kau akan menjadi sama seperti mereka. Tidak bisa terbang, tidak bersayap, tidak berjubah. Tapi kau tetap bisa mengetahui apa yang mereka rasakan dan pikirkan, seperti sekarang ini.”

Jaune berdiri. Mengangkat bahunya dan menghela napas, “Pasti akan membosankan.”

“Tidak. Kau akan menikmatinya,” sahut Ayah sambil tersenyum.

Jaune menggeleng, lagi-lagi mengangkat bahunya, “Tidak tahulah, Ayah.”

“Kekuatan yang lain lagi mungkin akan membuatmu tertarik untuk menikmati tugasmu.”

Mata Jaune terbelalak. Mendadak senang.

“Waahh... kekuatan apa lagi, Ayah?”

“Setan-setan yang mengganggumu bisa kau kalahkan dengan mudah, karena kau punya tenaga listrik yang luar biasa.”

“Apa itu tenaga listrik?”

“Tenaga listrik itu seperti ini,” jawab Ayah lalu meraih tangan Jaune perlahan.

Seketika itu pula Jaune merasakan getaran yang merambati tangannya, semula terasa menggelitik, namun lama-kelamaan membuatnya pusing dan terasa sakit.

Segeralah ia menarik kembali tangannya dari genggaman Ayah.

“Baiklah... aku... mengerti.”

Ayah tertawa melihat wajah Jaune.

“Itulah yang bisa terjadi kalau kau tidak berhati-hati menggunakan kekuatanmu. Kau bisa melukai dirimu sendiri.”

Jaune yang masih berusaha mengembalikan kesadarannya pun mencoba bertanya, “Kalau begitu, aku masih bisa menggunakan kekuatan seperti malaikat lain kan, Ayah?!”

“Maksudmu...?”

“Ya... karena aku rasa aku belum akan menggunakan tenaga listrik itu. Kalau salah, malah aku yang akan merasa sakit.”

Lagi-lagi Ayah tertawa.

“Tentu saja. Kau tetap memiliki kekuatan seperti malaikat lain. Kau bisa mengetahui apa yang dipikirkan manusia, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka rasakan. Kau juga selalu mengatakan kebenaran. Dan kau juga pandai berkelahi tentunya.”

“Ah, Ayah pasti berbohong!”

“Mengapa Ayah harus berbohong?”

“Buktinya... Aku tidak pernah menang jika berkelahi dengan Gai atau Gros?!”

Ayah tertawa lagi.

“Tentu saja! Kalian kan sesama malaikat. Ini hanya berlaku untuk melawan setan.”