20 Menjadi Volk Kecil

Saturday, February 03, 2007

Jaune tidak mengerti, tugas apa yang harus dijalankannya.

Ia memutuskan untuk turun saja. Dan ia pun mendaratkan kedua kakinya di taman bermain, di mana banyak anak yang tengah asik bermain dengan pasir berwarna-warni. Ada yang saling melempar bola pasir, ada yang membuat istana pasir, ada yang membuat tulisan-tulisan di atas pasir.

Namun, di antara semua itu, yang paling mengejutkan Jaune adalah, seorang anak yang tengah membuat ayunan dari pasir. Jaune memperhatikannya dengan seksama. Anak itu sungguh-sungguh membuat sebuah ayunan. Setelah selesai, ia bersama dengan teman-teman lainnya memainkan ayunan pasir itu.

Tidak hanya ayunan yang dibuat dari pasir, tapi juga ada perosotan dan banyak mainan lain yang semuanya mereka buat dari pasir.

Dan setelah anak-anak itu selesai mengubah pasir-pasir menjadi mainan, taman itu menjadi tidak ada bedanya dengan taman bermain lainnya yang pernah dilihat Jaune.

Melihat anak-anak itu bermain dengan gembiranya, ia pun menjadi tertarik dan ingin sekali ikut bermain bersama dengan mereka.

Seketika itu, Jaune ingat apa yang pernah dikatakan Ayah kepadanya.

Jaune memiliki kemampuan untuk memperlihatkan diri kepada manusia manapun yang diinginkannya. Tidak hanya itu. Ketika ia menampakkan diri, saat itu pula ia akan tampak seperti manusia di tempatnya berada. Jaune akan memiliki wujud yang sama seperti mereka.

Demikian pula jika Jaune bermaksud menampakkan dirinya di hadapan kaum Volk, maka ia pun akan menjadi sama seperti mereka.

“Jadi, kalau aku memperlihatkan diri kepada mereka, aku akan menjadi sama seperti mereka,” kata Jaune senang.

Jaune pun memutuskan untuk memperlihatkan dirinya agar bisa bermain dengan anak-anak Volk itu.

Namun, ia tidak menyadari, keputusan yang dibuatnya itu telah membawanya pada sebuah petualangan tanpa akhir.

 

• • •

 

DALAM sekejap saja, Jaune sudah menjadi sama seperti anak-anak kaum Volk lainnya. Dengan rambut jabrik berwarna merah muda, dengan pakaian berwarna putih, dengan wajah berkerut-kerut milik kaum Volk. Ia menjadi salah satu dari mereka.

Jaune yang semula bersembunyi di balik pohon, berjalan perlahan memasuki taman bermain. Ia menghampiri anak-anak di taman itu. Namun, belum saja Jaune berhasil melangkahkan kakinya, ia merasa ada yang menarik lengannya.

“Kau mau ke mana?” tanyanya.

“Aku ingin bermain dengan mereka,” kata Jaune pelan. Terkejut karena tiba-tiba saja Zahn muncul di situ.

Zahn menggeleng, “Jaune, sekarang bukan saatnya untuk bermain-main. Kau punya tugas yang harus diselesaikan. Kenapa kau malah bermain?”

“Tapi... bukankah menjadi salah satu dari mereka adalah cara untuk mengetahui masalah mereka? Dengan begitu, aku bisa membantu dengan lebih mudah, kan?!”

Zahn menghela napasnya. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan Jaune itu benar. Ia segera mencari cara agar Jaune tetap tidak melanjutkan niatnya untuk bergabung dengan anak-anak Volk.

“Jaune, apakah kau sudah meminta ijin Ayah?”

“Ijin untuk apa?”

“Untuk perubahanmu ini.”

“Ayah pernah mengatakan bahwa aku boleh melakukan apa saja, menggunakan cara apa saja, untuk dapat menolong mereka. Jadi, apakah aku harus minta ijin Ayah dulu kalau aku berubah dengan maksud membantu mereka?”

Zahn mulai kebingungan menghadapi malaikat kecil di hadapannya itu.

“Baiklah. Kau tidak perlu minta ijin Ayah. Tapi, jika kau membutuhkan sesuatu, panggillah aku kapan saja.”

Jaune tersenyum, lalu menganggukan kepalanya.

Tanpa menunggu Zahn mempersilakan, Jaune sudah meninggalkannya di situ.