11 Die Monnd yang Gagah Berani

Friday, November 10, 2006

Tiba-tiba saja Jaune merasa rambut-rambut kecil di tengkuknya berdiri.

“Kalau begitu, aku tidak mau berbuat buruk ah! Aku ingin wajahku tetap seperti ini.”

Ayah tertawa, lalu memeluk Jaune, “Jadi, besok kau akan bertugas, kan?!”

“Iya, Ayah,” jawab Jaune dengan yakinnya.

Namun, belum juga Jaune selesai menghembuskan napas, keraguan kembali terpancar dari wajahnya. Dan Ayah menyadarinya.

Ayah membimbing Jaune kembali ke kamar.

“Jaune, Ayah akan membantumu.”

“Bagaimana caranya?”

“Karena itulah ada gambar Gros dan Bob di layar tadi. Gambarmu juga akan muncul di sana, seperti semua malaikat yang sedang bertugas. Melalui layar itu, Ayah tahu di mana kau berada, kesulitan apa yang sedang kau hadapi. Dengan begitu, Ayah akan tahu bagaimana membantumu.”

“Jadi Ayah akan selalu membantuku?”

“Tentu saja tidak. Ada saat di mana kau akan berjuang sendiri. Karena suatu hari nanti, Ayah hanya akan duduk di depan layar untuk melihat saja tanpa harus membantumu. Suatu saat ketika kau sudah cukup dewasa.”

Jaune menghela napasnya. Panjang. Kemuraman belum juga terangkat dari wajahnya.

Masih begitu banyak yang ingin ia tanyakan kepada Ayah. Masih terlalu banyak yang ada di kepalanya. Tapi ia memilih untuk mengangguk saja.

Ia tahu bahwa apa yang dikatakan Ayah pasti benar. Dan ia mempercayainya.

“Baiklah, Ayah.”

Dan ia pun meninggalkan Ayah sendiri di kamarnya. Ayah memandangi kepergian Jaune dengan tersenyum.

Ia sudah dewasa.

• • •



Sementara itu, jauh di dalam kegelapan sana...

Cruella tengah mengamati pembicaraan Ayah dengan Jaune dari layar. Ia tertawa-tawa dengan keras. “Ini dia musuhmu, Die Monnd!” katanya seraya tertawa-tawa.

Die Monnd memandangi layar dan Cruella secara bergantian. Ia heran.

“Malaikat kecil itukah musuhku? Jangan main-main, Cruella! Kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatanku! Pasti akan sangat mudah mengalahkannya! Untuk apa aku membuang-buang tenaga dan waktu hanya untuk... huh... malaikat kecil itu?” Die Monnd mencibir.

Cruella membalikkan badannya gusar, “Jangan salah! Jaune tidak sebodoh yang kau bayangkan!”

“Bagaimana mungkin kau berkata seperti itu, Cruella? Lihat dia! Dia hanya malaikat kecil yang baru saja lahir. Dia bahkan tidak tahu apa tugasnya! Bahkan bagaimana harus terbang saja, mungkin ia harus menanyakan kepada yang lainnya.”

“Terbang? Tentu saja dia tahu! Kalau perkara sekecil itu saja ia tidak tahu, tidak mungkin Ayah memberinya sayap di usia enam tahun. Bahkan, Gai dan Gros baru diberikan sayap pada usia delapan tahun,” ujar Cruella, mencoba menahan rasa kesalnya.

Die Monnd semakin tidak terima, “Apa bedanya? Berapa pun usia mereka saat memiliki sayap, semuanya sama saja. Lagi pula apa guna sayap itu, Cruella? Kita dapat terbang tanpa menggunakan sayap seperti mereka. Tahukah kau mengapa? Karena kita tidak bodoh seperti semua malaikat itu! Dan Jaune adalah malaikat, maka ia pasti sama bodohnya!”

“Kalau memang kau dapat mengalahkannya dengan mudah, tunjukkan kepadaku! Jangan hanya besar mulutmu saja!”

Die Monnd tertawa, “Jangan bodoh, Cruella! Kau akan jadi tidak ada bedanya dengan mereka. Besok aku pasti akan mengalahkannya! Aku bahkan bisa membawanya kepadamu kalau kau mau.”

Kali ini gantian Cruella yang tertawa. Ia mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Die Monnd.

“Kau? Akan membawa Jaune kemari?”

Die Monnd tersinggung. Ia semakin kesal karena merasa Cruella malahan membela lawannya, dan bukan berpihak padanya.

“Sudahlah! Siapkan saja hadiah terbaikmu, Cruella. Aku akan membawanya kemari.”

“Jangan lupa, Die Monnd. Jaune tidak sama seperti malaikat lain. Pasti ada sesuatu yang diberikan Ayah kepadanya.”

“Maksudmu?”

“Ayah pasti memberikan keistimewaan kepadanya. Mungkin Jaune dapat mengeluarkan sengatan listrik, atau bisa membagi diri menjadi banyak, atau bisa menyerang tanpa terlihat olehmu, atau kekuatan-kekuatan lain seperti yang dimiliki Ayah.”

Die Monnd mengangkat bahunya, “Yah... dia tetap saja malaikat kecil, Cruella. Dia hanya anak kecil!”

“Aku sudah mengatakannya kepadamu. Kalau kau tidak sanggup, akan kuserahkan pada Lie Blizzt.”

Kemarahan Die Monnd kembali tersulut. Ia meludah, “Jangan kau remehkan aku! Kekuatan Lie Blizzt tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganku!”

“Tapi dia memiliki kekuatan ajaib yang mungkin bisa...”

“Ah sudahlah!” sela Die Monnd. “Apa sih gunanya kekuatan seperti itu? Kalau toh Jaune memilikinya, aku yakin bahwa dia tidak akan bisa menggunakannya!”

Cruella tersenyum. Ia membalikkan badannya, memunggungi Die Monnd.

“Terserahlah! Tapi jika besok kau gagal, Lie Blizzt akan menggantikanmu.”

“Kau akan melihatnya, Cruella!!” seru Die Monnd seraya pergi dari situ, meninggalkan Cruella seorang diri.

Cruella memperhatikan Die Monnd pergi meninggalkannya. Cruella menghela napasnya, menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tidak, Die Monnd tidak akan dapat mengalahkan Jaune. Bahkan, mungkin aku pun tidak akan sanggup mengalahkan malaikat kecil itu.