31 Kabar Gembira untuk Semua

Tuesday, October 28, 2008

“Wizard, aku berhasil memindahkan gelas dan piring itu hanya dengan sekali mencoba saja. Luar biasa, bukan?!” kata Jaune dengan senang sekali saat ia dan Vann Thom datang mengunjungi Wizard di rumah mango.

“Tentu saja. Kau pasti senang sekali,” kata Wizard sambil terus memasukkan bahan-bahan ke dalam kuali besar di atas api yang membara.

“Aku senang sekali. Dan kau tahu, semua teman langsung memujiku. Begitu juga dengan Frau Schön. Ia kelihatan sangat bangga kepadaku.”

Wizard tersenyum, “Pasti dia sangat bangga memiliki murid sepandai kau, Woody.”

“Jadi, aku pasti bisa menjadi penyihir seperti kau, Wizard. Iya, kan?!”

Wizard tersenyum lagi, kini sambil menghampiri Jaune, “Kalau kau mau belajar dengan sungguh-sungguh, kau pasti akan bisa menjadi penyihir.”

“Seperti kau?”

“Ya.”

“Kalau nanti aku menjadi penyihir juga, apakah aku akan menjadi penyihir yang baik atau yang jahat?”

“Itu terserah kepadamu. Kau bisa menjadi penyihir yang baik, tapi juga bisa menjadi penyihir yang jahat. Tapi kalau kau menjadi penyihir yang jahat, rasanya kita tidak akan berteman, Woody.”

Jaune mengerutkan dahinya, “Tidak berteman denganmu? Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Apakah mereka masih akan menjadi temanku?”

“Hmm... mungkin tidak. Tidak ada yang ingin berteman dengan penyihir jahat.”

“Jadi, semua penyihir jahat tidak memiliki teman?”

“Tidak semuanya. Mereka masih memiliki teman setia, yang sama jahatnya dengan mereka. Biasanya, teman penyihir jahat itu adalah seekor burung gagak.”

“Jadi, mereka tidak memiliki teman seperti aku?”

“Tentu saja tidak.”

“Baiklah. Kalau begitu, aku akan menjadi penyihir yang baik saja.”

Wizard tertawa mendengarnya, “Nah Woody, bagaimana kalau sekarang kau bermain bersama teman-temanmu dan Draco? Aku harus bekerja. Lagipula, kau sudah menceritakan kabar gembira itu kepadaku, kan?! Draco juga harus mendengarnya.”

“Tentu saja!” soraknya, “Tentu saja! Aku akan memberitahu Draco sekarang. Daaagg Wizard…”

 


HARI sudah larut malam. Jaune sudah berada di atas tempat tidurnya. Namun, ia belum juga dapat memejamkan matanya. Masih terlintas di benaknya kejadian yang telah ia alami sepanjang hari ini. Ia merasa sangat senang. Semua yang dialaminya hari ini terasa sangat menyenangkan.

Jaune hanya merebahkan dirinya di tempat tidur. Tubuhnya terasa sangat lelah, namun ia masih belum ingin memejamkan matanya. Ingin rasanya ia menceritakan semuanya kepada Ayah, kepada Gai dan Gros, dan juga kepada Nero.

Tiba-tiba saja terdengar suara, seperti suara angin puyuh yang sangat keras. Jaune sangat terkejut mendengarnya. Ia menjadi sangat ketakutan seketika itu juga. Ia cepat-cepat merapatkan tubuhnya di dinding sambil memeluk bantal.

Suara angin itu makin lama makin keras, dan kini bukan hanya suaranya saja. Kini angin keras itu juga berhembus, membentuk seperti tornado yang berputar-putar ditengah kamar Jaune. Benda-benda yang berada di kamar itu berterbangan. Jaune juga hampir saja terbawa oleh angin.

Di antara suara angin yang begitu bergemuruh, terdengar suara teriakan kecil. Jaune mendengar teriakan itu samar-samar. Sepertinya Jaune pernah mendengar suara itu sebelumnya, tapi ia lupa di mana pernah mendengarnya.

Tiba-tiba saja angin tornado itu menghilang secepat munculnya tadi. Bersamaan dengan menghilangnya angin, Jaune melihat ada sebuah benda yang terlempar dalam angin itu menuju ke arahnya. Benda itu jatuh tepat di atas kakinya.