27 Hari Sudah Malam

Wednesday, March 05, 2008

Terkejutlah Jaune saat melihat api yang keluar dari mulut Draco. Api itu tidak berwarna merah seperti api yang selalu dilihatnya. Api itu berwarna hijau, seperti warna tubuh Draco. Ranting pohon yang jatuh, yang baru saja disemburi api oleh Draco, berubah menjadi abu yang juga berwarna hijau.

“Wah… apinya berwarna hijau, bagus sekali. Abunya juga berwarna hijau. Bagaimana kau dapat membuat semua itu, Draco?”

“Aku juga tidak tahu, Woody. Sejak dulu, api yang kukeluarkan berwarna hijau. Kecuali saat aku baru saja menetas sampai umurku sepuluh tahun, apiku masih berwarna kuning. Dan tahukah kau, bahwa abu hijau itu dapat menjadi pupuk yang berguna untuk membuat tanaman menjadi subur?!”

“Oh ya?! Wah… hebat sekali!”

Kaisar Nikolai berdiri dari duduknya. Ia harus mengajak Jaune beranjak dari situ sebelum malam, walaupun sebenarnya ia tidak ingin menyudahi kegembiraan Jaune yang tengah berbincang dengan Draco.

“Woody, sepertinya kita harus pergi dari sini sebelum malam.”

“Tapi aku masih ingin berada di sini bersama Draco, Kaisar.”

“Jangan sedih. Besok kau bisa menemuiku lagi di sini. Mungkin aku bisa menemanimu berenang di danau. Dan kau juga bisa mengajak semua teman-temanmu untuk ikut berenang bersama kita. Bagaimana?” kata Draco sambil menjulurkan kepalanya ke arah Jaune.

“Sungguh?”

Draco mengangguk, “Sungguh.”

Jaune kembali tersenyum, “Baiklah. Sekarang aku pergi dulu, Draco. Besok aku akan kembali bersama teman-temanku.”

“Baiklah.”

“Sampai jumpa, Draco,” kata Kaisar.

“Daaagg, Draco,” seru Jaune.

Mereka berdua pun meninggalkan Draco. Draco kembali menyelam ke dalam danau sambil tersenyum.

“Sekarang, kita akan ke mana lagi Kaisar?” tanya Jaune di tengah perjalanan mereka.

“Sebaiknya kita pulang saja. Hari sudah sore, dan sebentar lagi malam tiba. Kau harus beristirahat.”

“Agar besok bisa bermain dengan Draco.”

“Tentu saja. Tapi sebelum kau bermain dengan Draco, Vann Thom akan mengantarmu untuk mendaftarkan diri di sekolah. Kau akan mulai bersekolah besok.”

Jaune terbelalak, “Besok?? Wah… aku sudah tidak sabar bertemu dengan teman-teman di sekolah! Pasti sangat menyenangkan! Tapi tunggu… siapa itu Vann Thom?”

“Vann Thom adalah asistenku, mmm… seperti… kau bisa menganggapnya teman baikku. Ia selalu mendampingiku setiap saat. Tapi mulai besok, ia akan menemanimu ke manapun kau akan pergi. Sekaligus menjadi pengawalmu juga.”

Jaune menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak. Sepertinya aku tidak membutuhkan pengawal, Kaisar. Rasanya pasti tidak enak, melihat ada orang yang terus ada di belakangku yang mengenakan seragam, memegang tombak, lalu ke mana-mana pasti akan mengikutiku.”

Kaisar tersenyum, “Baiklah, mungkin sebaiknya kita tidak menyebut Vann Thom sebagai pengawal. Bagaimana kalau… teman terbaikmu, sahabatmu, yang akan menemanimu setiap saat?!”

“Hmm... terdengar lebih baik. Tapi bagaimana denganmu, Kaisar? Siapa yang akan menggantikan Vann Thom untukmu?”

Kaisar tersenyum, “Tidak perlu khawatir, Woody. Masih ada Quilt yang akan menemaniku.”

“Mmm… Baiklah kalau begitu.”

Mereka berdua pun tiba di dalam istana ketika senja semakin gelap.

“Kaisar, apakah sekolahku di sini akan sama seperti sekolahku di negeri seberang?”

“Kau tahu… sekolah adalah tempat di mana kau belajar banyak hal. Di sini kau akan belajar berkebun, memelihara binatang, menggambar, menulis, dan jika kau termasuk salah satu yang berbakat, kau juga bisa belajar ilmu sihir.”

“Ilmu sihir? Seperti Wizard?”

“Tentu saja ilmu sihir yang akan kau pelajari tidak akan sama seperti sihir yang dimiliki Wizard. Kau akan mempelajari ilmu sihir yang lebih sederhana.”

“Seperti apa?” Jaune tidak dapat lagi menyembunyikan ketertarikannya.

“Hmm… memindahkan barang-barang kecil, seperti gelas, piring, atau yang lainnya, tanpa harus menyentuhnya.”

“Wah… pasti akan sangat menyenangkan! Aku janji, aku pasti akan belajar dengan rajin, akan mempelajari ilmu sihir dengan baik. Aku ingin menjadi seperti Wizard.”

Kaisar tersenyum, “Nah, sekarang kembalilah ke kamarmu dan mandi. Aku akan menunggumu di ruang makan untuk makan malam.”

“Baiklah, Kaisar.”